Sabtu, 05 Oktober 2013

BIOAKTIVITAS TERPENOID PADA KULIT AKAR Kleinhovia hospita Linn. (PALIASA) SEBAGAI ANTI BAKTERI

Senyawa turunan steroid yaitu β-sitosterol telah berhasil diisolasi dari ekstrak n-heksan kulit akar tumbuhan Kleinhovia hospita L. (paliasa). Senyawa yang diperoleh diuji golongan senyawa dan dielusidasi strukturnya berdasarkan data spektroskopi IR dan dibandingkan dengan literatur. Senyawa ini juga memperlihatkan aktivitas positif terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Salmonella thypi dan Streptococcus mutans, dengan nilai daya hambat berturut-turut yaitu  14,4 ; 19,5 dan 21 mm.
Pendahuluan
Tumbuhan berkhasiat obat dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan tradisional yang diakui masyarakat dunia sebagai back to nature, untuk mencapai kesehatan yang optimal dan mengatasi berbagai penyakit secara alami (Wijayakusuma, 2000). Penemuan spesies tumbuhan baru menyebabkan makin diperlukannya konservasi, pemanfaatan dan pengembangan tumbuhan Indonesia yang berpotensi sebagai obat. Bahan obat tradisional sebagai bagian dari bahan alam merupakan bahan baku utama skrining dalam upaya menentukan komponen aktif yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat baru (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, tanpa tahun).
Beberapa spesies tumbuhan tingkat tinggi yang tumbuh di hutan tropika, telah diketahui mengandung senyawa kimia dari berbagai golongan, antara lain terpenoid, fenilpropanoid, flavonoid, turunan benzofuran, dan asam fenolat, serta oligomer stilbenoid (Atun, 2005). Sejumlah senyawa oligomer stilbenoid telah dilaporkan berpotensi sebagai anti-tumor, anti inflamasi,        anti-bakteri, bersifat  kemopreventif, hepatoprotektif, dan anti HIV (Tanaka, dkk., 2000).

Hasil survei yang dilakukan oleh Heyne (1987), salah satu spesies dari famili Sterculiaceae yaitu Kleinhovia hospita Linn. (paliasa) yang tersebar secara luas di kepulauan Indonesia terutama di bagian timur Indonesia (Sulawesi, Maluku, Papua) serta di daerah Jawa dan Sumatra, daunnya dimanfaatkan  sebagai obat penyakit kusta, liver, hipertensi, diabetes, dan kolestrol tinggi. Oleh sebab itu   K. hospita diyakini mengandung senyawa metabolit sekunder yang memiliki bioaktivitas tertentu (Herlina, 1993).

Berdasarkan uraian di atas, eksplorasi metabolit sekunder pada fraksi n-heksan kulit akar    K. hospita yang belum diketahui senyawa murninya perlu dilakukan dan juga uji bioaktivitasnya sebagai antibakteri diuji terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Salmonella thypi dan Streptococcus mutans.

Metode Penelitian
Spektrum IR diukur dengan spektrometer IR  Perkin Elmer FT-IR (KBr). Fraksinasi menggunakan silika gel 60 (7733), silika gel 60 (7734), silika gel 60 (7730)dan analisis KLT menggunakan plat KLT.
Ekstraksi dan Isolasi. Hasil maserasi kulit akar tumbuhan K. hospita (3,2 kg) diperoleh ekstrak metanol sebanyak 59,85 gr. Maserat tersebut kemudian dipartisi secara kontinyu mulai dari pelarut non polar yaitu n-heksan, semipolar kloroform dan polar etil asetat selanjutnya diperoleh estrak     n-heksan berupa residu berwarna kuning seberat 10,58 gr, ekstrak kloroform berupa residu berwarna coklat seberat 21,16 gr dan ekstrak etil asetat berupa residu berwarna merah bata seberat 15,59 gr. Ekstrak n-heksan (10,58 gr.) difraksinasi awal melalui kromatografi kolom vakum dengan eluen n-heksan, EtOAc ; n-heksan, EtOAc, Aseton dan metanol dengan urutan kepolaran yang ditingkatkan. Pada tahap ini diperoleh 23 fraksi dengan kromatogram, dan fraksi-fraksi yang mempunyai nilai Rf sama digabungkan, sehingga diperoleh 11 fraksi utama (Ruhmah, 2008). Fraksi-fraksi tersebut diambil 3 dari 11 fraksi utama (fraksi H,I dan J), kemudian difraksinasi kembali menggunakan alat kromatografi yaitu KKV, KKT dan KKG dengan eluen n-heksan, EtOAc ; n-heksan, EtOAc, Aseton dan metanol dengan urutan kepolaran yang ditingkatkan. Setiap hasil dari fraksinasi akan dimonitor dengan analisis KLT. Dari hasil fraksinasi pada fraksi, diperoleh fraksi L (fraksi H2, H3, I2 dan J5­­) dengan berat 315,7 mg yang selanjutnya dilakukan proses pemurnian untuk memperoleh kristal murni dengan pelarut klroform;n-heksan dan metanol panas. Pada tahap identifikasi, senyawa murni yang diperoleh diuji kemurniannya dengan mengukur titik leleh dan juga analisis KLT pada tiga macam sistem eluen. Data spektroskopi untuk penetapan struktur diperoleh dengan menganalisis senyawa murni melalui alat lampu UV, IR, 1H dan  13C-NMR.

Isolat Tunggal. Berbentuk kristal putih seberat 15 mg dengan titik leleh isolat tersebut 287-288 0C dan hasil uji golongan memberikan warna biru setelah penambahan asam asetat anhidrat dan H2SO4 yang menunjukkan positif senyawa steroid. Data Spektroskopi Isolat tunggal yaitu IR (KBr) vmaks cm­­-1 : 3417 (OH), 1058 (C-O), 2956, 2935, 2866 (C-H alifatik), 1464 dan 1377 tekukan (CH2dan CH3) serta 1543 (C=C). Sedangkan Spektrum IR (KBr) pada senyawa β-sitosterol sebagai standar (Salempa, 2009) untuk membandingkan dengan Isolat tunggal. 3412 cm-1 (OH), 1049,28 cm-1 (C-O), 2956, 2935 dan 2866 cm-1 (C-H alifatik), 1462 cm-1(CH2), 1379 cm-1 (CH3) dan 1664 cm-1 menunjukkan gugus olefin (C=C).








Pince2








                                Gambar 1. Spektrum IR Isolat Tunggal dan senyawa β-sitosterol

           Tabel 1. Data spektroskopi IR untuk isolat tunggal dan  β-sitosterol (Salempa, 2009).

Isolat Tunggal (cm-1)
β-sitosterol  (cm-1)
Keterangan
3417,86
3412,08
O-H (hidroksil)
2956,87
2956,87
C-H (alifatik)
2935,66
2935,66
C-H (alifatik)
2866,22
2866,22
C-H (alifatik)
1643,35
1664,57
C=C (gugus olefin)
1464,7
1462,04
CH2 (etil)
1377,17
1379,10
CH3 (metal)
1058,92
1049,28
C-O (oksikarbon)


            Analisis spektrum IR diperoleh hasil seperti pada Tabel 1. Spektrum pada Gambar 1 tidak memperlihatkan perbedaan yang cukup jauh pada pergeseran panjang gelombang. Berdasarkan hasil dan analisis data spektroskopi IR dan KLT isolat tunggal dengan β-sitosterol yang memberikan Rf yang sama, maka isolat tunggal dapat disimpulkan sebagai β-sitosterol dengan struktur seperti pada Gambar 2 di bawah.
             


                                     Gambar 2. Struktur Isolat Tunggal (β-sitosterol)
Perlu diketahui bahwa senyawa β-sitosterol mampu menghambat kerja enzim yang mengkonversi testosterone menjadi dehidrotestosteron (DHT) yang merupakan penyebab terjadinya kanker prostat (Renai Sante, 2004). Selain itu menurut Yuk (2007), β-sitosterol merupakan senyawa yang efektif digunakan dalam penyembuhan penyakit asma, sehingga memungkinkan senyawa ini untuk dikembangkan sebagai obat terapi penyakit alergi.
           
Uji Bioaktivitas Daya Hambat Isolat Tunggal (β-sitosterol) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus, Salmonella typhi dan Streptococcus mutans.
Uji bipoaktivitas isolate tunggal dilakukan terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Salmonella typhi dan Streptococcus mutans. Kontrol positif yang digunakan pada pengujian bioaktivitas antibakteri adalah kloramfenikol sedangkan yang digunakan sebagai kontrol negatif adalah propilen glikol. Metode yang digunakan dengan difusi agar berlapis (Kusmiati dan Agustini, 2006). Dari hasil pengukuran diameter hambatan senyawa hasil isolasi (isolat tunggal) terhadap tiga bakteri uji setelah  masa inkubasi 24 jam, diperoleh hasil seperti yang ditunjukkan Tabel 2.

Tabel 2.  Hasil pengukuran daya hambat terhadap bakteri uji
Kode
Isolat Tunggal
Rata-Rata Diameter Zona Hambatan (mm)
Staphylococcus aureus
Salmonella typhi
Streptococcus mutans
A
   Senyawa I
14,5
19,5
21
B
Senyawa II
11
18
13
C
Kontrol (+)
26.5
19
20
D
Kontrol (-)
0
0
0
C
 
C
 
D
 
B
 
B
 
A
 
A
 
Gambar4.  Hasil Uji Bioaktivitas Daya Hambat Isolat Tunggal (β-sitosterol) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi.

 
Gambar 3. Hasil Uji Bioaktivitas Daya Hambat Isolat Tunggal (β-sitosterol) Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Staphylococcus aureus.

 
D
 










A
 
B
 
                                                              
Gambar 5. Hasil Uji Bioaktivitas Daya Hambat Isolat Tunggal (β-sitosterol) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans.

 
C
 
D
 
 






Kesimpulan.
Isolasi dari fraksi n-heksan kulit akar tumbuhan Kleinhovia hospita Linn. diperoleh senyawa          β-sitosterol yang termasuk dalam golongan steroid. Senyawa yang diperoleh dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Salmonella thypi dan Streptococcus mutans, dengan daya hambat berturut-turut 14,4 ; 19,5 ; 21 mm.

Permasalahan :
Bagaimanakah cara senyawa β-sitosterol mampu menghambat kerja enzim yang mengkonversi testosterone menjadi dehidrotestosteron (DHT) yang merupakan penyebab terjadinya kanker prostat ?????


2 komentar:

  1. Senyawa turunan steroid yaitu β-sitosterol telah berhasil diisolasi dari ekstrak n-heksan kulit akar tumbuhan Kleinhovia hospita L. (paliasa). Kanker prostat adalah suatu tumor jahat yang terdiri dari sel-sel kelenjar prostat. Pembesaran prostat BPH ditemukan lebih banyak pada pria usia lanjut. Diungkapkan bahwa penyakit disebabkan oleh kadar hormon di hidrotestoteren dan bertambahnya zat prostaglandian. Terjadinya kedua hormon pembangkit penyakit prostat ini dapat dicegah oleh zat beta-sitoresterol dengan cara menghambat kerja enzim 5 alfa reduktase. Dengan demikian enzim tersebut kepayahan dalam membentuk dua hormn penyebab PPJ. zat beta sitosterol ini menghambat juga terbentuknya prostaglandin dalam jaringan prostat.

    BalasHapus
  2. β-Sitosterol adalah sterol putih yang ditemukan pada banyak tanaman dan larut dalam darah. β-Sitosterol termasuk dalam sejenis phytosterol yang terbukti dapat menahan pertumbuhan sel kanker sekaligus melidungi tubuh dari gangguan penyakit jantung.

    seperti β-Sitosterol yang terkandung dalam kuaci/ biji labu merah, dalam penyembuhan kanker prostat yang paling pegang peranan di antara semua itu ialah kandungan hormon beta-sitosterol pada biji labu merah maupun buah saw palmetto (selain beta-sitostreol, buah ini juga mengandung sterol lain seperti stigmasterol dan aukosterol).
    Hormon beta-sitosterol itulah yang menyimpan khasiat menghambat atau menekan kerja enzim 5-alfa-reduktase. Enzim ini akan mengurangi terbentuknya hormon dihidrotestosteron dari hormon testosteron. Dengan begitu, membesarnya kelenjar prostat dapat dicegah.

    Hormon beta-sitosterol dalam biji labu merah ataupun buah saw palmetto itu juga menghambat terbentuknya prostaglandin dalam jaringan prostat. Artinya, menurunnya kadar prostaglandin akan mencegah pembesaran kelenjar prostat. Atau dengan kata lain kelenjar prostat yang sudah mengalami pembesaran akan mengecil kembali.

    BalasHapus