Penelitian
terhadap jenis
penentuan
struktur flavonoid dalam ekstrak metanol biji pinang diawali dengan uji
pendahuluan untuk memastikan adanya senyawa flavonoid dalam sampel (ekstrak).
Pada uji pendahuluan yang dilakukan menggunakan pereaksi serbuk seng dalam
suasana asam (HCl 2 N) yang menghasilkan warna merah jingga, hal ini
menunjukkan bahwa biji pinang mengandung senyawa flavonoid. Selanjutnya adalah
identifikasi dengan kromatografi lapis tipis ( KLT ) menggunakan eluen n-butanol:asam asetat:air (
4 : 1 : 5 ). Eluen ini
banyak digunakan sebagai eluen dalam pemisahan flavonoid dengan
kelebihan dalam hal kemampuan isolasi terhadap flavonoid serta kecepatan
pemisahan yang tinggi. Hasil elusi menunjukkan 1 noda berwarna kuning yang
tampak λ 366
nm dan dengan
uap amonia. Noda yang tampak dengan sinar UV disebabkan oleh adanya gugus
kromofor dalam sampel. Flavonoid menurut literatur tampak dibawah lampu UV dengan warna yang berfluoresensi biru, merah jambu,
keputihan, jingga, kuning hingga kecoklatan. Noda flavonol yang khas tampak
berwarna lembayung tua dengan sinar UV dan menjadi kuning atau hijau kuning bila
diuapi NH3, didalam penelitian didapatkan noda berwarna kuning yang tampak pada kromatografi
lapis tipis sebagai senyawa flavonoid jenis flavonol. Letak noda dengan Rf sebesar 0.76, membuktikan sebagai golongan
flavonol.
Memperkuat
lagi dari hasil identifikasi
dengan spektrofotometri
dan KLT preparatif, Penentuan subtituen pada inti flavonol dilakukan
dengan mengukur spektrum pada panjang gelombang 200-600 nm. Flavonoid
menunjukkan spektrum khas pada pada daerah ini, terdiri dari dua puncak, yaitu
pada rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I). Perbandingan data spektrum
Sriningsih dkk, 2004, Penafsiran
perubahan ini didasarkan pada jenis flavonoid yang disertakan untuk setiap
pereaksi geser. Pereaksi geser yang digunakan adalah natrium hidroksida,
natrium asetat, natrium asetat dengan asam
borat, aluminium klorida, aluminium klorida dengan asam klorida.
Spektrum
natrium hidroksida merupakan spektrum flavonoid yang gugus hidroksil fenolnya
sampai batas tertentu dapat tereksitasi. Sehingga data spektrum ini merupakan petunjuk
pola hidroksilasi yang juga
bermanfaat untuk mendeteksi gugus hidroksi yang lebih asam dan tidak
tersubtitusi. Degradasi atau pengurangan kekuatan spektrum setelah waktu
tertentu merupakan petunjuk baik akan adanya gugus yang peka terhadap basa.
Dari hasil penilitian, pada penambahan pereaksi geser NaOH terjadi pergeseran
puncak pita I, dimana puncak
awal 334 nm bergeser sebesar 47 nm, hal ini menunjukkan terdapat
gugus OH pada kedudukan 4’ (Markham, 1988).
Spektrum
natrium asetat menyababkan pengionan yang berarti pada gugus hidroksil
flavonoid yang paling asam. Jadi, natrium asetat digunakan terutama untuk
mendeteksi adanya gugus 7-hidroksi bebas atau setara sedangkan spektrum natrium
asetat dan asam borat menjembatani kedua gugus hidroksil pada gugus
o-dihidroksi dan digunakan untuk mendeteksinya. Dari hasil penilitian pada
penambahan pereaksi geser natrium asetat terjadi pergeseran puncak pita I,
puncak awal 334 nm
bergeser sebesar 14 nm, hal
ini menunjukkan terdapat gugus OH pada kedudukan 7 sedangkan pada penambahan
pereaksi geser natrium asetat + asam borat terjadi pula pergeseran puncak pita
I, puncak awal 334 nm
bergeser sebesar 22 nm, hal ini menunjukkan terdapat
gugus hidroksi yang bertetangga atau berkedudukan orto dihidroksi (Markham,
1988).
Spektrum
AlCl3 dan AlCl3/HCl,karena membentuk kompleks tahan asam
antara gugus hidroksil dan keton yang bertetangga dan membentuk kompleks tak
tahan asam dengan gugus o-dihidroksil,pereaksi ini dapat digunakan untuk
mendeteksi kedua gugus tersebut Dari hasil penelitian, pada penambahan pereaksi
geser aluminium klorida terjadi pergeseran puncak pita I, puncak awal 334 nm bergeser sebesar 33 nm, hal ini menunjukkan terdapat gugus OH pada kedudukan 5 dan 3’, sedangkan pada penambahan
pereaksi geser aluminium klorida + asam klorida terjadi pergeseran puncak pita
I, puncak awal 334 nm
bergeser sebesar 43 nm ini
menunjukkan terdapat
gugusOH(hidroksil) pada kedudukan 5. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa Biji Pinang ( Arxeca catechu L )
setelah diperiksa secara spektrofotometri UV mengandung senyawa flavonoid golongan
flavonol.
Permasalahan
:
Pada uji
pendahuluan , ekstrak biji pinang ditambahkan pereaksi serbuk seng dalam
suasana asam. Apakah kegunaan dari serbuk seng ini ? Dan mengapa harus dalam
suasana asam? Apakah bisa dilakukan dalam suasana basa?
Didalam
penelitian diatas digunakan pereaksi geser. Salah satunya adalah aluminium
klorida dan aluminium klorida dengan asam klorida. Apakah perbedaan dari spectrum
aluminium klorida dan aluminium klorida dengan asam klorida? Dan mengapa hasil
dari spectrum keduanya dapat berbeda?