Jumat, 29 November 2013

PENENTUAN STRUKTUR FLAVONOID PADA BIJI PINANG

Penelitian terhadap jenis penentuan struktur flavonoid dalam ekstrak metanol biji pinang diawali dengan uji pendahuluan untuk memastikan adanya senyawa flavonoid dalam sampel (ekstrak). Pada uji pendahuluan yang dilakukan menggunakan pereaksi serbuk seng dalam suasana asam (HCl 2 N) yang menghasilkan warna merah jingga, hal ini menunjukkan bahwa biji pinang mengandung senyawa flavonoid. Selanjutnya adalah identifikasi dengan kromatografi lapis tipis ( KLT ) menggunakan eluen n-butanol:asam asetat:air ( 4 : 1 : 5 ). Eluen ini  banyak digunakan sebagai eluen dalam pemisahan flavonoid dengan kelebihan dalam hal kemampuan isolasi terhadap flavonoid serta kecepatan pemisahan yang tinggi. Hasil elusi menunjukkan 1 noda berwarna kuning yang tampak  λ 366 nm dan dengan uap amonia. Noda yang tampak dengan sinar UV disebabkan oleh adanya gugus kromofor dalam sampel. Flavonoid menurut literatur  tampak dibawah lampu UV dengan warna  yang berfluoresensi biru, merah jambu, keputihan, jingga, kuning hingga kecoklatan. Noda flavonol yang khas tampak berwarna lembayung tua dengan sinar UV dan menjadi kuning atau hijau kuning bila diuapi NH3, didalam penelitian didapatkan noda  berwarna kuning yang tampak pada kromatografi lapis tipis sebagai senyawa flavonoid jenis flavonol. Letak noda dengan Rf sebesar 0.76, membuktikan sebagai golongan flavonol.
Memperkuat lagi dari hasil identifikasi dengan spektrofotometri dan KLT preparatif, Penentuan subtituen pada inti flavonol dilakukan dengan mengukur spektrum pada panjang gelombang 200-600 nm. Flavonoid menunjukkan spektrum khas pada pada daerah ini, terdiri dari dua puncak, yaitu pada rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I). Perbandingan data spektrum Sriningsih dkk, 2004, Penafsiran perubahan ini didasarkan pada jenis flavonoid yang disertakan untuk setiap pereaksi geser. Pereaksi geser yang digunakan adalah natrium hidroksida, natrium asetat, natrium asetat dengan asam borat, aluminium klorida, aluminium klorida dengan asam klorida.
Spektrum natrium hidroksida merupakan spektrum flavonoid yang gugus hidroksil fenolnya sampai batas tertentu dapat tereksitasi. Sehingga data spektrum ini merupakan petunjuk pola hidroksilasi yang juga bermanfaat untuk mendeteksi gugus hidroksi yang lebih asam dan tidak tersubtitusi. Degradasi atau pengurangan kekuatan spektrum setelah waktu tertentu merupakan petunjuk baik akan adanya gugus yang peka terhadap basa. Dari hasil penilitian, pada penambahan pereaksi geser NaOH terjadi pergeseran puncak pita I, dimana puncak awal 334 nm bergeser sebesar 47 nm, hal ini menunjukkan terdapat gugus OH pada kedudukan 4’ (Markham, 1988).
Spektrum natrium asetat menyababkan pengionan yang berarti pada gugus hidroksil flavonoid yang paling asam. Jadi, natrium asetat digunakan terutama untuk mendeteksi adanya gugus 7-hidroksi bebas atau setara sedangkan spektrum natrium asetat dan asam borat menjembatani kedua gugus hidroksil pada gugus o-dihidroksi dan digunakan untuk mendeteksinya. Dari hasil penilitian pada penambahan pereaksi geser natrium asetat terjadi pergeseran puncak pita I, puncak awal 334 nm bergeser sebesar 14 nm, hal ini menunjukkan terdapat gugus OH pada kedudukan 7 sedangkan pada penambahan pereaksi geser natrium asetat + asam borat terjadi pula pergeseran puncak pita I, puncak awal 334 nm bergeser sebesar 22 nm, hal ini menunjukkan terdapat gugus hidroksi yang bertetangga atau berkedudukan orto dihidroksi (Markham, 1988).
Spektrum AlCl3 dan AlCl3/HCl,karena membentuk kompleks tahan asam antara gugus hidroksil dan keton yang bertetangga dan membentuk kompleks tak tahan asam dengan gugus o-dihidroksil,pereaksi ini dapat digunakan untuk mendeteksi kedua gugus tersebut Dari hasil penelitian, pada penambahan pereaksi geser aluminium klorida terjadi pergeseran puncak pita I, puncak awal 334 nm bergeser sebesar 33 nm, hal ini menunjukkan terdapat gugus OH pada kedudukan 5 dan 3’, sedangkan pada penambahan pereaksi geser aluminium klorida + asam klorida terjadi pergeseran puncak pita I, puncak awal 334 nm bergeser sebesar 43 nm ini menunjukkan terdapat gugusOH(hidroksil) pada kedudukan 5Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Biji Pinang ( Arxeca catechu L ) setelah diperiksa secara spektrofotometri UV mengandung senyawa flavonoid golongan flavonol.
Permasalahan :
Pada uji pendahuluan , ekstrak biji pinang ditambahkan pereaksi serbuk seng dalam suasana asam. Apakah kegunaan dari serbuk seng ini ? Dan mengapa harus dalam suasana asam? Apakah bisa dilakukan dalam suasana basa?

Didalam penelitian diatas digunakan pereaksi geser. Salah satunya adalah aluminium klorida dan aluminium klorida dengan asam klorida. Apakah perbedaan dari spectrum aluminium klorida dan aluminium klorida dengan asam klorida? Dan mengapa hasil dari spectrum keduanya dapat berbeda?

2 komentar:

  1. perbedaan dikarenakan Spektrum AlCl3 dan AlCl3/HCl,dapat membentuk kompleks tahan asam antara gugus hidroksil dan keton yang bertetangga dan membentuk kompleks tak tahan asam dengan gugus o-dihidroksil,pereaksi ini dapat digunakan untuk mendeteksi kedua gugus tersebut Dari hasil penelitian, pada penambahan pereaksi geser aluminium klorida terjadi pergeseran puncak pita I, puncak awal 334 nm bergeser sebesar 33 nm, hal ini menunjukkan terdapat gugus OH pada kedudukan 5 dan 3’, sedangkan pada penambahan pereaksi geser aluminium klorida + asam klorida terjadi pergeseran puncak pita I, puncak awal 334 nm bergeser sebesar 43 nm ini menunjukkan terdapat gugusOH(hidroksil) pada kedudukan 5.

    BalasHapus
  2. baiklah saya akan mencoba menjawab permasalahan saudari friska, maaf sebelumnya saya tidak memilki cukup literatur untuk menjawab permasalahan anda, sepengetahan saya yang saya simpulkan dari literatur pereaksi tersebut digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya gugus di dalam senyawa tersebut,

    semoga bisa membantu terimakasih :)

    BalasHapus