Skrining fitokimia dari daun akway
Hasil skrining pada
tabel 1, menunjukkan bahwa daun akway mengandung senyawa kimia aktif antara
lain alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin, yang sangat positif kuat,
sedangkan senyawa fenolik yang positif artinya berpotensi sebagai bahan dasar
obatobatan.
Penentuan Kadar Flavonoid
Hasil yang diperoleh
dari penentuan kadar flavonoid adalah sebanyak 0,368 % menunjukkan berpotensi
sebagai senyawa antibiotik, antibakteri, anti kanker, dan antibiotik. Senyawa
flavonoid disintesis oleh tanaman sebagai sistem pertahanan dan dalam
responsnya terhadap infeksi oleh mikroorganisme, sehingga tidak mengherankan
apabila senyawa ini efektif sebagai senyawa antimikroba terhadap sejumlah mikroorganisma.
Flavonoid merupakan salah satu senyawa polifenol yang memiliki bermacam-macam
efek antara lain efek antioksidan, anti tumor, anti radang, antibakteri dan
anti virus.
Ekstraksi Flavonoid
Senyawa flavonoid
diisolasi dari daun Akway (Drimysbeccariana.Gibbs) melalui tahapan
penyiapan bahan, karakterisasi serbuk simplisia, penapisan fitokimia,
ekstraksi, fraksinasi, pemurnian, karakterisasi dan identifikasi isolat.
Penyiapan meliputi pengumpulan bahan dan pengolahan bahan menjadi serbuk
simplisia. Penapisan fiktokimia meliputi pemeriksaan golongan flavonoid,
alkaloid, tanin, fenolik, dan saponin. Simplisia diekstraksi menggunakan metode
ekstraksi sinambung dengan alat Soxhlet. Ekstraksi dilakukan dalam tiga tahapan
menggunakan pelarut dengan kepolaran meningkat. Ekstrak yang diperoleh kemudian
dipekatkan dengan penguap hampa udara berputar (Evaporator). Ekstrak
dipantau menggunakan kromatografi lapis tipis untuk melihat pelarut yang
sesuai. Fraksinasi ekstrak etil asetat dilakukan dengan kromatografi kolom
silica Gel. Fraksi yang terpilih diisolasi secara kromatografi preparatif.
Isolat murni dikarakterisasi secara spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak
dengan penambahan pereaksi geser. Suatu senyawa flavonoid yang telah diisolasi
dari fraksi etil asetat diperoleh 4 fraksi. Dan fraksi 1 dan fraksi 2 pada uji
fitokimia positif mengandung flavonoid. Fraksi dari ekstrak etil asetat
Berdasarkan hasil UV-Vis maka dapat disimpulkan bahwa daun Akway mengandung
senyawa flavonoid golongan flavonon yang mempunyai gugus fungsi OH terikat, CH
alifatik, C=O, C=C Aromatik, C-O dan C- H aromatik.
Hasil Uji Aktivitas Antibakteri
Hasil Pengujian
aktivitas antibakteri dengan metode difusi agar menunjukkan bahwa ekstrak kasar
daun akway menunjukkan penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri Escherecia
Coli untuk gram negatif dan Bacillus cereus untuk gram positif. Dari
Tabel 2. dapat dilihat bahwa aktivitas ekstrak kasar daun akway menggunakan
pelarut metanol terjadi penghambatan pertumbuhan sel bakteri baik Escherecia
Coli (gram negatif) dan Bacillus cereus (gram positif). Bila dilihat
dari ukuran Diameter Dayay Hambat (DDH) yang muncul tampaknya aktivitas anti
bakteri dari daun Akway berkekuatan sedang sampai kuat.
Menurut Elgayyar
(2001), menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dikatakan kuat jika DDH yang
muncul disekitar cakram berukuran lebih dari 8 mm, sedang bila DDH 7-8 mm dan
bila daerah hambatan kurang dari 7 mm dianggap lemah. Penghambatan pertumbuhan Escherecia
Coli (gram negatif) dan Bacillus cereus (gram positif) sangat
terpengaruh oleh konsentarasi zat aktif yang terlarut dalam ekstrak daun Akway.
Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa daun Akway mempunyai daya hambat
terhadap bakteri Escherecia Coli (gram negatif) dan Bacillus cereus (gram
positif), sehingga dapat dikembangkan untuk fungsi bioaktivitas yang lainnya.
C=O, C=C Aromatik,
C-O dan C- H aromatik.Uji aktivitas antibakteri terhadap ekstrak etil asetat
daun Akway, pada fraksi 1 dan fraksi 2 diperoleh bahwa aktivitas antibakteri
adalah sedang (6,9 mm) sampai kuat (7,3 mm). Sehingga dapat dikembangkan
sebagai bahan yang berfungsi bioaktivitas, misalnya sebagai antiseptik,
antifungi, antipiretik dan sebagainya. Karena mempunyai daya hambatan terhadap
bakteri gram positif maupun gram negative
Permasalahan:
Bagaimana cara
senyawa flavonoid dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherecia Coli bakteri Bacillus cereus???Manakah yang lebih mudah dihambat oleh flavonoid , apakah bakteri E.
Coli atau bakteri Bacillus cereus? Mengapa demikian?
Baiklah saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari saudara, dari literatur yang saya baca, diketahuia bahwa senyawa antimikrob adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, Senyawa fenol dan turunannya (flavonoid) merupakan salah satu antibakteri yang bekerja dengan mengganggu fungsi membran sitoplasma. Pada konsentrasi rendah dapat merusak membran sitoplasma yang menyebabkan bocornya metabolit penting yang menginaktifkan sistem enzim bakteri, sedangkan pada konsentrasi tinggi mampu merusak membran sitoplasma dan mengendapkan protein sel. Flavonoid bekerja dengan cara merusak membran sitoplasma sehingga bakteri akan rusak dan mati
BalasHapusbaiklah saya akan mencoba menjawab,
BalasHapusSenyawa antimikrob adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme. Senyawa kimia yang digunakan untuk mencegah kerusakan memiliki sifat antiseptik pada kondisi penggunaan tertentu dan sekarang terkenal sebagai bahan pengawet yang merupakan senyawa kimia yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
pada tanaman yang mengandung Flavone, Flavonoid dan Flavonol. Senyawa ini disintesis oleh tanaman untuk menghindari infeksi oleh mikrob . Oleh sebab itu senyawa tersebut pasti memiliki daya antimikrob yang luas. Aktivitas antimikrob senyawa tersebut kemungkinan disebabkan oleh kemampuan senyawa ini membentuk kompleks atau bereaksi dengan protein ekstraseluler, protein terlarut dan dinding sel mikroba. Flavonoid yang bersifat lipofilik dapat merusak membran sel mikroba. secara umum mekanisme kerja dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu menghambat sintesis dinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan menghambat sintesis asam nukleat dan protein.
dari literatur lain yang saya baca sudah ada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa pendidikan kimia UNY , mereka berhasil mensintesis senyawa 4-Hidroksi-3-Metoksikalkon sebagai agen anti bakteri dan Uji Aktivitasnya terhadap beberapa bakteri seperti S. Aureus, E. Coli dan S. Tiphy Secara invitro.
Dari hasil uji daya hambat, diperoleh bahwa variasi konsentrasi senyawa 4-hidroksi-3-metoksikalkon dapat menghambat pertumbuhan S. aureus dan S. tiphy dengan konsentrasi maksimal adalah 800 ppm. Akan tetapi senyawa tersebut tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri E.coli. Selain itu juga karena senyawa yang dihasilkan belum murni. Kemungkinan masih ada NaOH yang tersisa yang mengakibatkan senyawa yang dihasilkan memiliki pH tinggi.
Ditambahkan, besarnya pH sangat mempengaruhi aktivitas bakteri. Setiap bakteri memiliki pH maksimum yang berbeda. pH maksimum untuk S. aureus adalah sebesar 10 dan dan S. tiphy yaitu sebesar 9. Bakteri S. aureus lebih tahan pada suasana basa sehingga pada pH tinggi bakteri S. tiphy akan lebih mudah rusak.