Jumat, 15 November 2013

BIOAKTIVITAS FLAVONOID DALAM DAUN AKWAY


Skrining fitokimia dari daun akway

Hasil skrining pada tabel 1, menunjukkan bahwa daun akway mengandung senyawa kimia aktif antara lain alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin, yang sangat positif kuat, sedangkan senyawa fenolik yang positif artinya berpotensi sebagai bahan dasar obatobatan.

Penentuan Kadar Flavonoid

Hasil yang diperoleh dari penentuan kadar flavonoid adalah sebanyak 0,368 % menunjukkan berpotensi sebagai senyawa antibiotik, antibakteri, anti kanker, dan antibiotik. Senyawa flavonoid disintesis oleh tanaman sebagai sistem pertahanan dan dalam responsnya terhadap infeksi oleh mikroorganisme, sehingga tidak mengherankan apabila senyawa ini efektif sebagai senyawa antimikroba terhadap sejumlah mikroorganisma. Flavonoid merupakan salah satu senyawa polifenol yang memiliki bermacam-macam efek antara lain efek antioksidan, anti tumor, anti radang, antibakteri dan anti virus.

Ekstraksi Flavonoid

Senyawa flavonoid diisolasi dari daun Akway (Drimysbeccariana.Gibbs) melalui tahapan penyiapan bahan, karakterisasi serbuk simplisia, penapisan fitokimia, ekstraksi, fraksinasi, pemurnian, karakterisasi dan identifikasi isolat. Penyiapan meliputi pengumpulan bahan dan pengolahan bahan menjadi serbuk simplisia. Penapisan fiktokimia meliputi pemeriksaan golongan flavonoid, alkaloid, tanin, fenolik, dan saponin. Simplisia diekstraksi menggunakan metode ekstraksi sinambung dengan alat Soxhlet. Ekstraksi dilakukan dalam tiga tahapan menggunakan pelarut dengan kepolaran meningkat. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan penguap hampa udara berputar (Evaporator). Ekstrak dipantau menggunakan kromatografi lapis tipis untuk melihat pelarut yang sesuai. Fraksinasi ekstrak etil asetat dilakukan dengan kromatografi kolom silica Gel. Fraksi yang terpilih diisolasi secara kromatografi preparatif. Isolat murni dikarakterisasi secara spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak dengan penambahan pereaksi geser. Suatu senyawa flavonoid yang telah diisolasi dari fraksi etil asetat diperoleh 4 fraksi. Dan fraksi 1 dan fraksi 2 pada uji fitokimia positif mengandung flavonoid. Fraksi dari ekstrak etil asetat Berdasarkan hasil UV-Vis maka dapat disimpulkan bahwa daun Akway mengandung senyawa flavonoid golongan flavonon yang mempunyai gugus fungsi OH terikat, CH alifatik, C=O, C=C Aromatik, C-O dan C- H aromatik.

Hasil Uji Aktivitas Antibakteri

Hasil Pengujian aktivitas antibakteri dengan metode difusi agar menunjukkan bahwa ekstrak kasar daun akway menunjukkan penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri Escherecia Coli untuk gram negatif dan Bacillus cereus untuk gram positif. Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa aktivitas ekstrak kasar daun akway menggunakan pelarut metanol terjadi penghambatan pertumbuhan sel bakteri baik Escherecia Coli (gram negatif) dan Bacillus cereus (gram positif). Bila dilihat dari ukuran Diameter Dayay Hambat (DDH) yang muncul tampaknya aktivitas anti bakteri dari daun Akway berkekuatan sedang sampai kuat.

Menurut Elgayyar (2001), menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dikatakan kuat jika DDH yang muncul disekitar cakram berukuran lebih dari 8 mm, sedang bila DDH 7-8 mm dan bila daerah hambatan kurang dari 7 mm dianggap lemah. Penghambatan pertumbuhan Escherecia Coli (gram negatif) dan Bacillus cereus (gram positif) sangat terpengaruh oleh konsentarasi zat aktif yang terlarut dalam ekstrak daun Akway. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa daun Akway mempunyai daya hambat terhadap bakteri Escherecia Coli (gram negatif) dan Bacillus cereus (gram positif), sehingga dapat dikembangkan untuk fungsi bioaktivitas yang lainnya.

C=O, C=C Aromatik, C-O dan C- H aromatik.Uji aktivitas antibakteri terhadap ekstrak etil asetat daun Akway, pada fraksi 1 dan fraksi 2 diperoleh bahwa aktivitas antibakteri adalah sedang (6,9 mm) sampai kuat (7,3 mm). Sehingga dapat dikembangkan sebagai bahan yang berfungsi bioaktivitas, misalnya sebagai antiseptik, antifungi, antipiretik dan sebagainya. Karena mempunyai daya hambatan terhadap bakteri gram positif maupun gram negative
Permasalahan:

Bagaimana cara senyawa flavonoid dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherecia Coli bakteri Bacillus cereus???Manakah yang lebih mudah dihambat oleh flavonoid , apakah bakteri E. Coli atau bakteri Bacillus cereus? Mengapa demikian?

2 komentar:

  1. Baiklah saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari saudara, dari literatur yang saya baca, diketahuia bahwa senyawa antimikrob adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, Senyawa fenol dan turunannya (flavonoid) merupakan salah satu antibakteri yang bekerja dengan mengganggu fungsi membran sitoplasma. Pada konsentrasi rendah dapat merusak membran sitoplasma yang menyebabkan bocornya metabolit penting yang menginaktifkan sistem enzim bakteri, sedangkan pada konsentrasi tinggi mampu merusak membran sitoplasma dan mengendapkan protein sel. Flavonoid bekerja dengan cara merusak membran sitoplasma sehingga bakteri akan rusak dan mati

    BalasHapus
  2. baiklah saya akan mencoba menjawab,
    Senyawa antimikrob adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme. Senyawa kimia yang digunakan untuk mencegah kerusakan memiliki sifat antiseptik pada kondisi penggunaan tertentu dan sekarang terkenal sebagai bahan pengawet yang merupakan senyawa kimia yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

    pada tanaman yang mengandung Flavone, Flavonoid dan Flavonol. Senyawa ini disintesis oleh tanaman untuk menghindari infeksi oleh mikrob . Oleh sebab itu senyawa tersebut pasti memiliki daya antimikrob yang luas. Aktivitas antimikrob senyawa tersebut kemungkinan disebabkan oleh kemampuan senyawa ini membentuk kompleks atau bereaksi dengan protein ekstraseluler, protein terlarut dan dinding sel mikroba. Flavonoid yang bersifat lipofilik dapat merusak membran sel mikroba. secara umum mekanisme kerja dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu menghambat sintesis dinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan menghambat sintesis asam nukleat dan protein.

    dari literatur lain yang saya baca sudah ada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa pendidikan kimia UNY , mereka berhasil mensintesis senyawa 4-Hidroksi-3-Metoksikalkon sebagai agen anti bakteri dan Uji Aktivitasnya terhadap beberapa bakteri seperti S. Aureus, E. Coli dan S. Tiphy Secara invitro.

    Dari hasil uji daya hambat, diperoleh bahwa variasi konsentrasi senyawa 4-hidroksi-3-metoksikalkon dapat menghambat pertumbuhan S. aureus dan S. tiphy dengan konsentrasi maksimal adalah 800 ppm. Akan tetapi senyawa tersebut tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri E.coli. Selain itu juga karena senyawa yang dihasilkan belum murni. Kemungkinan masih ada NaOH yang tersisa yang mengakibatkan senyawa yang dihasilkan memiliki pH tinggi.
    Ditambahkan, besarnya pH sangat mempengaruhi aktivitas bakteri. Setiap bakteri memiliki pH maksimum yang berbeda. pH maksimum untuk S. aureus adalah sebesar 10 dan dan S. tiphy yaitu sebesar 9. Bakteri S. aureus lebih tahan pada suasana basa sehingga pada pH tinggi bakteri S. tiphy akan lebih mudah rusak.

    BalasHapus